Tuesday, January 11, 2011

Vonis, Hakim, dan Naik Kelas

Jangan menghakimi, jika kamu tidak ingin di hakimi......


Satu bulan lalu, salah satu rekan, saudara saya mengalami kecelakaan. Puji Tuhan, akibat yang dialami dari kecelakaan tersebut masih lebih baik dibandingkan teman lainnya, yang harus mengalami kasus fraktur os. radius-ulna Dextra, (patah pada tulang lengan kanan bawah). 
Sebagai seorang praktisi kesehatan, saya menanggapi kejadian kecelakaan tersebut sebagai suatu bentuk kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pada hari besar agama, yang di dukung dengan buruknya cuaca alam, yang mengakibatkan licinya jalan raya. Sebagai teman kerja, saya meresponinya, dengan tanggapan berupa suatu sentilan, agar supaya  barangkali teman saya ini akan lebih berhati-hati kedepannya. 
Namun, saya tidak menyangka bahwa beberapa 
Berbagai respon terhadap kecelakaan tersebut bermunculan. Dan rata-rata memberikan respon negatif. Berdasarkan penilaian beberapa karyawan yang telah mengundurkan diri dari tempat kerja saya, dinilai bahwa itu semuanya terjadi sebagai bentuk balasan atas apa yang telah di lakukan oleh rekan saya. Kebetulan, rekan saya ini bekerja pada salah satu dept., yang sangat berurusan dengan masalah karyawan. terutama masalah salary atau gaji/upah. 
"Ini semua terjadi karena gaji kita di potong, dan Tuhan tidak akan tinggal diam dengan keadaan itu...."
 ada lagi yang menyampaikan,
 "beliau akan mendapatkan balasan yang setimpal dari Tuhan, atas apa yang beliau lakukan kepada karyawan, terutama karena tidak membayar hak kami....".
Saya terkejut dengan tanggapan dari beberapa rekan saya, dengan segampang itukah menyimpulkan kejadian kecelakaan yang menimpa rekan saya. 
Yang saya simpulkan dari percakapan dengan beberapa rekan saya, bahwa dengan mudah mereka, dan mungkin juga saya menghakimi orang lain. 
Siapa kita? Apa kita ini? Hakim kah? Manusia suci kah??? Tuhan Kah??? apakah kita, yang diciptakan oleh Tuhan dengan keistimewaan karena memiliki akal, budi, dan pikiran, secara langsung memiliki keistimewaan juga untuk menjadi hakim???
Saya teringat dengan cerita dalam alkitab, ketika Tuhan sedang mengajar beberapa murid, datanglah beberapa orang Farisi, yang ingin menguji Tuhan. Mereka mengadapkan seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah, dan meminta kepada Tuhan, supaya wanita tersebut di lempar dengan batu sampai mati. Karena   itu yang dituliskan oleh Musa. Tuhan tidak menjawab betul atau tidak, namun suatu kalimat meluncur dari mulut Tuhan Yesus, "Siapa yang tidak pernah berbuat dosa, dapat mengambil batu dan melempar perempuan itu...."


Siapa kita??? saat keluar dari mulut kita, bahwa dia berdosa, dia menuai hasil dari perbuatannya!!! dia menjadi penghancur kehidupan orang!!! dan berbagai vonis-vonis terhadap suatu peristiwa dan kejadian, sadarkah kita, siapa diri kita???? 

  • Dosa tidak pernah di klasifikasikan menjadi ringan, ringan sedang, sedang, sedang-berat, berat. 
  • Perbedaan manusia dengan Tuhan, manusia berbuat dosa, dan Tuhan adalah kudus, 
  • Janganlah kamu menghakimi, jika tidak ingin di hakimi. 

Mencoba melihat dari sudut yang lain, dari perspektif yang berbeda terhadap suatu masalah, tidak akan menuntun pemikiran kita kepada suatu proses penghakiman terhadap orang lain. 


Dan ketika kita mampu melakukan hal ini dalam setiap sisi hidup kita, secara tidak langsung telah membawa  kita naik satu level dari sekolah kedewasaan dan kematangan.










oliensopamena





2 comments:

  1. Saya Sangat Setuju Dengan Tulisan dari ibu dokter kita yang smart & Qualifed ini, Seperti Sub Judul yang ditampilkan "Jangan Menghakimi, kalau kamu tidak ingin dihakimi..."
    Tapi mungkin kalau ibu dokter ingin mengambil sebuah ayat yang dikatakan oleh Isa AS Putra Maryam Dalam Matius 7:1, lebih tepatnya seperti ini:
    " Janganlah kamu menghakimi, Supaya Kamu Tidak dihakimi (Matius 7:1)"
    Matius 7:2 Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu.
    Matius 7:3 Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?
    Matius 7:4 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.
    Matius 7:5 Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
    Semoga Kita Bukanlah termasuk kedalam golongan orang - orang yang senang menghakimi saudara kita sendiri, Melainkan semoga kita termasuk ke dalam golongan orang - orang yang memberikan teguran kepada saudara kita bila kita melihatnya berbuat kesalahan dan kekhilafan, seperti yang tercantum dalam Kitab Injil :
    " setiap kita bertanggung jawab dengan rendah hati menegur sesama orang percaya ketika kita melihatnya berbuat dosa (Galatia 6:1,2)"
    Daripada kita terus menerus menyibukkan dan melelahkan diri kita dengan mengorek-ngorek dan mencari-cari kesalahan dan kelalaian orang lain, yang bisa kita jadikan senjata untuk menyerangnya, bukankah lebih baik kita berpikir positif. Coba tanyakan dengan jujur pada diri kita sendiri, sudah mampukah kita berbuat lebih baik dari orang yang kita kritik atau kita cari-cari kesalahannya? Caranya hanya satu, yakni dengan pembuktian, lakukanlah ”sama persis” ”segala hal” yang dilakukan orang yang kita cari-cari kesalahannya. Kita buktikan pada diri sendiri dan dunia, apakah kita bisa melakukannya sama dengan orang yang kita cari-cari kesalahan/ kekurangannya, atau kita bisa melakukannya lebih baik dari orang tersebut? Semua ini hanya bisa diketahui dengan ”pembuktian”.
    Dalam ajaran agama kami islam, kami sangat dilarang dan tidak berhak untuk mencari-cari kesalahan orang lain lalu menyebarkannya apalagi berusaha mempermalukan orang tersebut didepan umum, dengan menggunakan ilmu/kepandaian kita. Seperti yang disampaikan oleh Rasul kami Muhammad SAW :”Aku peringatkan kepada kalian tentang prasangka, karena sesungguhnya prasangka adalah perkataan yang paling bohong, dan janganlah kalian berusaha untuk mendapatkan informasi tentang kejelekan dan mencari-cari kesalahan orang lain, jangan pula saling dengki, saling benci, saling memusuhi, jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara” (H.R Bukhari, no (6064) dan Muslim, no (2563).
    Jadi, sebaiknya kita memelihara perkataan dan perbuatan kita, memang tampaknya enak dan menyenangkan mengkritik orang lain, apalagi bila kita bisa menemukan celah dari hasil kita mengorek-ngorek kesalahan orang yang kita kritik, karena hal tersebut bisa kita jadikan senjata untuk melontarkan kritik kita. Tapi sebelum itu semua, cobalah terlebih dulu berusaha menjadi orang yang kita kritik, sangat penting untuk “melakukan sama persis, semua hal yang dilakukan orang yang kita kritik dan yang kita cari-cari kesalahannya” kita buktikan terlebih dahulu hasil pencapaian kita, apakah hasil yang kita capai sebaik dia, lebih baik dari dia, atau lebih buruk dari dia.
    Hanya sebuah tanggapan sebagai instropeksi serta tuk meramaikan blog Ibu "dr.Yoslien Sopamena, SpF" ( Wanna Be ) :)
    From The Man who Always Laugh, smile n cry with U, Keep Post Your Best Improve Opinion for Us, Denaaay..!!!

    ReplyDelete
  2. jalan-jalan blogwalking.

    ReplyDelete